Sekda Sintang Tekankan Pendekatan Multi Sektor Dioptimalkan

 Sintang

Sekda Sintang, Yosepha Hasnah

 

SINTANG, ZKR- Sekretaris Daerah Kabupaten Sintang, Yosepha Hasnah, mengatakan bahwa pendekatan multisektor menjadi salah satu ukuran dari keberhasilan tercapainya status gizi masyarakat yang optimal sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang nantinya akan sinergis dengan tujuan dari pembangunan nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia.

“Pelaksanaan konvergensi percepatan pencegahan stunting di Kabupaten Sintang di tingkat desa baik yang desa prioritas atau bukan harus terkoordinasi dengan pembangunan desa yang dibiayai dengan anggaran dana desa,” ujar Yosepha Hasnah di sela-sela kegiatan rembuk stunting Kabupaten Sintang tahun 2023, yang diselenggarakan di balai praja setda Sintang pada Kamis 13 April 2023.

Ia menyampaikan bahwa penanganan stunting di Kabupaten Sintang diawali di tahun 2018 melalui launching 1000 hari pertama kehidupan diikuti dengan penetapan peraturan Bupati nomor 12 tahun 2018 tentang rencana aksi daerah pangan dan gizi.

“Rencana aksi daerah pangan dan gizi ini merupakan rencana aksi multisektor dan tujuan yang ingin dicapai dengan adanya perbaikan pangan dan gizi adalah terwujudnya sumber daya manusia yang cerdas sehat produktif secara berkelanjutan dan berdaya saing. selanjutnya Kabupaten Sintang menjadi salah satu dari beberapa kabupaten yang diintervensi oleh pemerintah pusat melalui aksi konvergensi percepatan pencegahan stunting,” jelasnya.

Disampaikannya bahwa sejak terbitnya Perpres nomor 72 tahun 2021 awal tahun 2002 tim konvergensi percepatan pencegahan stunting berubah menjadi tim percepatan penurunan stunting dengan basis pendekatan keluarga beresiko stunting dan tetap melaksanakan 8 aksi konvergensi yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagai komitmen bersama.

Dalam pelaksanaan aksi konvergensi untuk analisis data dari hasil pemantauan status gizi Kabupaten Sintang pada tahun 2019 untuk stunting di angka 32,6% mengalami penurunan di tahun 2020 menjadi 30,8% dan di tahun 2021 berdasarkan hasil survei status gizi Indonesia angka prevalensi di Kabupaten Sintang sebesar 38,2% tertinggi kedua di Provinsi Kalimantan Barat.

“Pada Tahun 2022 berdasarkan ssgi mengalami penurunan sebesar 19,5% menjadi 18,7% terendah se-kalimantan Barat,” terangnya.

Dari hasil pemantauan status gizi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sintang masih menghadapi beberapa masalah gizi khususnya stunting, walaupun sudah mengalami penurunan yang signifikan namun masih memerlukan perhatian pemerintah daerah untuk menurunkan angka stunting sampai 14% di tahun 2024.

“Peran lintas sektor terutama instansi teknis terkait diperlukan dalam intervensi program prioritas kelompok sasaran yaitu ibu hamil ibu menyusui ibu nifas anak usia 0 sampai 23 bulan remaja putri dan wanita usia subur anak usia 24 sampai 59 bulan. Dan juga kegiatan intervensi pada penyediaan air minum dan sanitasi peningkatan akses pelayanan gizi dan kesehatan peningkatan kesadaran komitmen dan praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak peningkatan akses pangan berisi dan pengelolaan persampahan serta sarana dan prasarana pendukung dalam rangka penanganan stunting,” jelasnya.

Sumber: Rilis Prokopim Sintang
Editor: Niko

Related Posts

Tinggalkan Balasan