
Sintang zkr. Com. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sintang kembali menegaskan keseriusannya dalam memperkuat upaya penanggulangan tuberkulosis (TBC), mengingat tingginya jumlah kasus yang masih menjadi tantangan besar di wilayahnya. Data terbaru menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2025, tercatat 849 kasus TBC yang terdiagnosis, menjadikan Sintang sebagai kabupaten dengan beban kasus TBC tertinggi kelima di Provinsi Kalimantan Barat.
Angka lonjakan ini menjadi perhatian utama pemerintah daerah dan aparat kesehatan, mengingat peningkatan kasus yang tercatat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencatat sekitar 760 kasus. Kepala Dinas Kesehatan Sintang, Edy Harmaini, menyampaikan bahwa angka tersebut harus menjadi peringatan bagi semua pihak, baik pemerintah, aparat kesehatan, maupun masyarakat secara luas. Ia menjelaskan bahwa persebaran kasus meliputi seluruh wilayah 18 kecamatan di Sintang, dengan kasus terbanyak terpusat di beberapa kecamatan tertentu.
“Kasus terbanyak berada di Kecamatan Sepauk sebanyak 110 kasus, diikuti Serawai dengan 74 kasus, serta Tempunak yang mencatat 70 kasus. Kecamatan lainnya seperti Sintang Kota, Sejangkung, dan Meliau juga menunjukkan angka kasus yang cukup signifikan,” jelas Edy saat memberikan keterangan di Pendopo Bupati Sintang belum lama ini. Ia menambahkan bahwa faktor penyebab tingginya kasus di kecamatan-kecamatan tersebut antara lain adalah akses layanan kesehatan yang masih terbatas di beberapa daerah pedesaan, tingkat kesadaran masyarakat yang rendah tentang gejala dan pengobatan TBC, serta kondisi lingkungan yang rawan penyebaran bakteri tuberkulosis.
“Ini bukan sekadar statistik. Ini gambaran nyata bahwa upaya kita harus lebih intens dan konsisten,” tegas Edy. Menurutnya, Dinkes Sintang telah merencanakan sejumlah langkah perbaikan untuk memperkuat penanggulangan TBC, antara lain dengan menambah jumlah tenaga kesehatan yang spesialis di bidang paru-paru, meningkatkan program skrining TBC di posyandu, puskesmas, dan rumah sakit, serta memperluas jangkauan penyebaran obat TBC secara gratis kepada pasien.
Selain itu, Dinkes juga akan melaksanakan kampanye sosialisasi yang lebih intensif ke masyarakat, terutama di daerah yang memiliki angka kasus tinggi. Kampanye ini akan menyebarkan informasi tentang gejala awal TBC (seperti batuk berdarah, demam terus-menerus, dan penurunan berat badan secara tiba-tiba), pentingnya pemeriksaan dini, dan kewajiban menyelesaikan pengobatan hingga tuntas untuk mencegah resistensi obat. Bupati Sintang yang juga hadir dalam acara tersebut menyatakan dukungan penuh terhadap program penanggulangan TBC yang diusulkan Dinkes, dan meminta kerjasama semua elemen masyarakat untuk terlibat aktif dalam upaya menurunkan angka kasus.
“Kita tidak bisa melakukannya sendirian. Perlukan kerja sama erat antara pemerintah, aparat kesehatan, lembaga swadaya masyarakat, dan warga untuk mengatasi masalah TBC ini. Semua pihak harus memiliki kesadaran bahwa TBC adalah masalah bersama yang membutuhkan tanggapan bersama,” ujar Bupati. Sampai saat ini, Dinkes Sintang telah mendistribusikan lebih dari 900 paket obat TBC kepada pasien yang terdiagnosis, dan melakukan skrining kepada lebih dari 2.500 warga yang memiliki riwayat kontak dengan pasien TBC. Upaya ini diharapkan dapat menurunkan angka kejadian dan kematian akibat TBC di Kabupaten Sintang pada tahun-tahun mendatang.









